Minggu, 11 Januari 2009

Manuver Tim Sukses Dongkrak Popularitas Capres

Jawapos, 11 Januari 2009

Rumah Perubahan Juga untuk Pentas Seni dan Pameran Foto.
Meski belum begitu jelas kekuatan parpol pendukungnya, sejumlah kandidat capres 2009 terus memperkuat jaringan. Tak terkecuali, Rizal Ramli yang mulai membangun posko tim sukses. Bagaimana sebenarnya?

Priyo Handoko, Jakarta
Ukurannya tidak terlalu besar, markas tim sukses kandidat capres Rizal Ramli yang baru diresmikan pada Jumat, 9 Januari, itu punya penampilan cukup representatif. Ruang utama di bagian depan yang bersisian dengan Jalan Panglima Polim V langsung dikondisikan sebagai ruang pertemuan.

Siapa pun yang lewat bisa melihat semua aktivitas di ruang berukuran 8 x 8 meter itu. Sebab, sisi ruang yang menghadap jalan hanya dibatasi dinding kaca. Di sebelah tangga menuju lantai dua, terdapat pohon berukuran kecil, tapi rindang menyejukkan, yang dikelilingi sejumlah kursi kayu.

Menginjak lantai dua, baru terasa suasana kantor. Sejumlah unit komputer rapi terpasang. Rumah Perubahan atau The House of Change, itulah nama markas tim sukses Rizal Ramli. Mantan Menko Perekomian di era Gus Dur itu kini tersangkut proses hukum buntut kerusuhan aksi massa dan mahasiswa dalam demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, 24 Juni 2008.

''Kami akan mendirikan rumah perubahan di semua provinsi,'' kata Adhie Massardi, motor tim sukses Rizal Ramli. Malah, di Jakarta saja, targetnya berdiri empat rumah perubahan. Menurut dia, model rumah perubahan yang berada di Panglima Polim tersebut akan menjadi prototipe untuk rumah-rumah perubahan lain.

''Semua aktivitas yang mencerahkan, mulai diskusi, pameran foto, pentas seni, boleh diadakan di sini,'' ujar mantan jubir Presiden Gus Dur itu. Markas perdana itu merupakan pinjaman dari seorang simpatisan Rizal Ramli.

Adhie menjelaskan, perjuangan Rizal menuju kursi presiden akan menggunakan sepenuhnya nama Rumah Perubahan. Sebab, institusi Komite Bangkit Indonesia (KBI) dan Rizal menjadi ketuanya, tidak bisa dibawa lebih jauh ke proses-proses politik.

Alasannya, KBI hadir sebagai tonggak peringatan seratus tahun kebangkitan nasional. Tak hanya itu, imbuh dia, sejumlah tokoh nasional ikut bergabung di KBI. Mereka, antara lain, Amien Rais, Gus Dur, Taufiq Kiemas, Syafii Ma'arif, dan Wiranto. ''Jadi, ke depan kami akan memakai nama rumah perubahan,'' tegasnya.

Rizal tampaknya harus bekerja keras. Ini karena dia belum memiliki partai politik yang kuat untuk membawanya ke panggung pilpres. Berbeda dengan Megawati yang sudah menjadi calon resmi PDIP atau SBY yang akan diusung Partai Demokrat. Rizal? Hingga kini dia masih mencari kendaraan politik. Apalagi, UU Pilpres memberi amanat bahwa parpol atau koalisi yang ingin memboyong capres minimal meraih 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara nasional.

Ekonom lulusan Boston itu kini melakukan berbagai lobi ke parpol. Dia juga mengikuti berbagi konvensi seperti konvensi PBR dan konvensi DIB (Dewan Integritas Bangsa). Selain itu, dia mendekati tokoh berpengaruh seperti Gus Dur.

Rizal mengklaim paling tidak akan didukung delapan partai politik yang sebagaian besar partai baru. Dengan asumsi setiap partai meraih dukungan hingga 2 persen, Rizal merasa cukup punya modal. Namun, yang lebih penting bagi Rizal adalah kerja para komponen tim suksesnya di Rumah Perubahan. Memang harus berkeringat.

Semua capres kini berjuang keras dengan berbagi kiat menghimpun kekuatan. Sebelum Rizal meresmikan Rumah Perubahan, sudah terbentuk Relawan Pro SB (Soetrisno Bachir), Pos Wiranto, dan Tim Pelangi Perubahan yang mendukung pencalonan Sri Sultan HB X. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar terakhir