Senin, 05 Januari 2009

Iran Minta OPEC Embargo Minyak Bagi Israel

DUBAI - Jengkel melihat Israel yang tak menggubris sama sekali langkah diplomasi sejumlah pihak untuk menghentikan kebrutalan mereka di Jalur Gaza, Iran menawarkan langkah alternatif, yakni memanfaatkan minyak sebagai senjata. Iran meminta negara-negara Islam produsen minyak yang tergabung dalam Organisasi Pengekspor Minyak (OPEC) mengembargo suplai minyak bagi Israel dan negara-negara pendukungnya, termasuk Amerika Serikat. Embargo itu baru akan dicabut jika negeri Zionis menghentikan pembunuhan besar-besaran di Palestina.

''Minyak adalah faktor penting untuk menekan para pendukung Israel pada perang tak seimbang ini,'' kata Mirfaysal Bagherzadeh, seorang petinggi militer Iran.

Iran menyadari betul bahwa negara-negara Barat pendukung Israel sangat bergantung pada suplai minyak dari negara-negara Muslim terutama di Jazirah Arab. Itu bisa digunakan sebagai senjata untuk menekan pihak-pihak berkepentingan agar secepatnya menghentikan konflik berdarah.

''Kami mendukung setiap langkah penghentian invasi dan blokade Gaza,'' sambung juru bicara menteri luar negeri Iran, Hasan Qashqavi.

Usul pengambilan langkah tersebut datang dari parlemen Iran. Mereka mengatakan, negara-negara Arab harus menggunakan segala cara untuk menekan Israel agar menghentikan serangan. Salah satunya menggunakan senjata ekonomi seperti minyak.

Sayang, OPEC tak sependapat dengan Iran. Dimotori Arab Saudi, eksporter minyak terbesar di dunia, OPEC menolak usulan Iran. ''Tak ada rencana melakukannya (embargo minyak), lagipula itu tak mungkin ,'' kata sumber internal OPEC kepada Reuters.

Jika Arab Saudi tak mendukung usul stop suplai minyak, itu memang bukan tanpa alasan. Negara itu dikenal sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat. Dan, AS sendiri merupakan negara pendukung utama Israel.

Selain Arab Saudi, produsen minyak terbesar lain, seperti Kuwait, Uni Emirat Arab dan Qatar setali tiga uang. Mereka juga jelas menolak karena sama-sama menjadi teman dekat Negeri Paman Sam. Kepentingan Amerika dan Eropa lebih menjadi prioritas mereka.

Dalih lain, muncul kekhawatiran, embargo itu justru akan berdampak pada anjloknya harga minyak di pasaran. Saat ini, berdasarkan bursa saham New York, harga minyak cenderung naik kemarin (5/01), bertahan pada kisaran USD 48,68 per barel. Menguat dari sebelumnya seharga USD 47,70 per barel.

OPEC sebelumnya sudah menyetujui pengurangan suplai minyak perhari sebanyak 4,2 juta barel dari level produksi September lalu. Untuk itu, OPEC masih meninjau dampak dari pengurangan tersebut sebelum memutuskan aksi-aksi berikutnya.

Negara-negara anggota OPEC dijadwalkan menggelar pertemuan pada Maret mendatang. Namun, pejabat senior Iran mengatakan, pertemuan dilakukan pada Februari. Belum diketahui apakah mereka menghelat rapat lain sebelum Maret untuk membahas berbagai agenda. (ape/ami)

1 komentar:

Komentar terakhir